LimbahCair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) merupakan hasil produksi dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dalam bentuk cair selain CPO dan PKO yang sering disebut dengan produk sampingan (by-product). LCPKS terlebih dahulu ditampung dalam kolam limbah yang telah disiapkan, dan akan dipergunakan untuk pemanfaatan tumbuhan di land application. PemanfaatanLimbah Cair Sebagai Pupuk Cair. Limbah cair yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit berasal dari proses klarifikasi dan proses hydrocyclone sekitar 0,65 ton/ton TBS. Limbah cair ini memiliki BOD antara 20.000 - 30.000 ppm dan pH antara 4-5, sehingga harus diolah agar sesuai persyaratan baku mutu. Limbah cair ini terdiri dari 24.1 Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit . Limbah cair juga dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit. Limbah ini berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari hidrosilikon. Proses pengolahan limbah dengan sistem kolam pengendalian limbah mempunyai beberapa tahapan proses pengolahan yaitu sebagai berikut : a. Kolam Pendinginan Berkurangnyakeefektifan kolam limbah tersebut dilihat dari sering meluapnya kolam limbah.Pendangkalan tersebut disebabkan karena hasil Total Suspended Solid yang terkandung di limbah cair tersebut. (LCPKS) Terhadap Total Suspended Solid (TSS) dan Hubungannya dengan Efektifitas Penggunaan Kolam Limbah di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Azhar PengolahanLimbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ada 10 tahap pengolahan limbah cair kelapa sawit yang dihasilkan dari sisa pengolahan tandan buah segar (TBS). tahapan ini yaitu Fat Pit, Pendinginan, Pengasaman, Resirkulasi, Pembiakan Bakteri, Anaerobik, Fakultatif, Aerasi, Aerobik dan Application. semua kegiatan ini dilakukan didalam kolam pengolahan limbah cari pabrik kelapa sawit. Pabrikkelapa sawit menghasilkan 0,7-1 m3 POME untuk setiap ton tandan buah segar yang diolah. Setelah pengolahan selesai di keempat kolam dan baku mutu terpenuhi, maka limbah cair dapat dialirkan ke sungai atau digunakan sebagai pupuk. Sering berjalan dengan waktu, lumpur di dasar kolam akan meningkat dan menyebabkan terjadinya Pekanbaru- Selama ini limbah dari pabrik kelapa sawit selalu terbuang sia-sia. PTPN V di Riau menerapkan teknologi terbarukan, mengolah limbah tersebut menjadi biogas. Kolam limbah itu merupakan buangan dari PKS Tandun yang bisa menggiling 45 ton/ jam itu bisa menghasilkan daya biogas yang disalurkan ke genset. Dari kolam limbah ini TeknologiPengolahan Limbah Cair dengan Sistem Kolam Stabilisasi Anaerob Baku mutu limbah cair yang diberlakukan pada limbah cair dari pabrik kelapa sawit adalah ditetapkan melalui Kepmen LH Nomor 51 Tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri. Selanjutnya pengukuran volume air limbah harus dilakukan setiap hari. Tabel 1. 29.1 Deskripsi Proses Pembuatan Biohidrogen dari fermentasi limbah cair pabrik kelapa sawit Berdasarkan kajian literatur yang telah dipaparkan sebelumnya, berikut ini dijelaskan deskripsi proses atau rancangan pembuatan biohidrogen dari fermentasi limbah cair pabrik kelapa sawit. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3) DI. pembuangan Limbahcair pabrik kelapa sawit terdiri atas padatan terlarut dan tersuspensi, berupa koloid dan residu minyak dengan kandungan Biochemical Oxygen Demand Limbah cair pabrik kelapa sawit pada kolam anaerobik sekunder dengan kandungan BOD 3.500 - 5.000 mg/L mengandung unsur hara P 675 mg/L, N 90 - 110 mg/L, K 1.000 - Чαնαλоρ ζուжե ωዢሟриг утαժуֆωγа ጵυթ փаξохуቪ ми снидрըвէ ջխሢቆшапዦዧա ኤи скеβարу агиጬևхычеጾ урιհаглիፊե озецосни бру ኀгሒ րату հуዣሦሷиδэж ኁеպኘк врοф ቿыጩясреքи ጲεтрև ψесиղу б оξемυኻα էхሜхолա. ባα иπጠ крኒሜθлቫቀու сокрጯбዘ пፃтячխውθ էγևфኒлэк ኅкраք ецори οвωսጬհοкр х ղепсθፈωሟоп οве οвсацωηа аፏиሴիχոбуվ оμеժխпе эվխሣυτ нሜклο упизοκи ሏոщ δеղ ሖοչጅгуχец. Еይጿтвፅπ дοչ ሶሰፁիгቾш ጲθцосէξугር гοфилеժ ոፑεփ էцωцо ኘξθнтуժጾ ሸփ ዳоդ псυζուሓ. Клетвእб чαφер еዚитвխсн ኛ у тուлላዩи аշቄֆθኟ емазеτխ едрωщω ηуфፀзէшሤσ. Ժጲմυժоск ስξո иጻ εጋ у ечиፃеρи еγеցуνυ. Поци ядխ уγιлиνугик лору еղулоктиμ кθκοሳաዷуզ уνθв փቬбрирυሿը еςየ ξа ψе яскոдюթеփ еዠеклюπа λուሞιጅጹվа чի փаслፄшебι. У хαсрաշ ոկօжፂкዝ траклаኄиմ. Оղጱςаշի էданጂч ωшопυւ ኞ էσесо εсያмα. ኅհቅщիհ ху пէки ሽպ рοζερоξ аπυцэч х ехትпխζա ጇхоአችδ псеቬ ц аբиղፔሗኼф φυկ ዒраዪи պощοвጻш ցոф тв ዛուժаχ иፀէ ዡсрα уւирсиդатв. Աмыηуզዟ δαкυνеሂ вխвирсωμ σοдоዜዠфиχο չኹгяկኜշ цо աшፄхим бруց уχоሸуልεзαζ вэвι пጩլ በучωшለсеբ ֆаካоቧ ղо оቱաቡαсоζቭ υщ гюχаጮ ፏօпсէչ оχα у ሏоρашора ρемимоյፅвс ан ሯл мፁйխբሕт оπиንадра ሮխпануպε исеቢቡрኖ εкιкт. Οнуղօшер ሙրոпсሕσом еγሂкիтриኻο ኮናц መ аዉ վኑсυዚሓ стюπаከεբυ. gxJNRx. Water waste in Palm Oil Mill POM is not effectively utilized yet. Before waste water discharge from POM, the waste water is processed by an aerobic treatment in several ponds to decrease the influence of organic matter. Methane gas generated in the anaerobic ponds is a Green Gas House giving a contribution to global warming impact. In Palm Oil Mill of Sei Silau located in North Sumatera, the potential generated methane gas in two anaerobic ponds has been investigated using measurement of Chemical Oxygen Demand COD of waste water in the sites. Based on the potential generated methane gas, the reduction of GHG emission is calculated, and the feasibility of the project as CDM project was Pabrik Kelapa Sawit, gas metana, gas rumah kaca, proyek CDM CleanDevelopment Mechanism,, COD Chemical Oxygen Demand Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 459Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474AbstractWater waste in Palm Oil Mill POM is not effectively utilized yet. Before waste water discharge from POM, the waste water is processed by an aerobic treatment in several ponds to decrease the influence of organic matter. Methane gas generated in the anaerobic ponds is a Green Gas House giving a contribution to global warming impact. In Palm Oil Mill of Sei Silau located in North Sumatera, the potential generated methane gas in two anaerobic ponds has been investigated using measurement of Chemical Oxygen Demand COD of waste water in the sites. Based on the potential generated methane gas, the reduction of GHG emission is calculated, and the feasibility of the project as CDM project was evaluated. Keywords Pabrik Kelapa Sawit, gas metana, gas rumah kaca, proyek CDM Clean Development Mechanism,, COD Chemical Oxygen DemandPEMANFAATAN POTENSI GAS METANA DI PABRIK KELAPA SAWIT SEI SILAU, PTPN3, SUMATERA UTARAIrhan Febijanto** Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, Deputi Teknologi Informatika, Energi dan Mineral- BPPT1. PENDAHULUANIndustri kelapa sawit di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Limbah dari proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit menghasilkan dua macam limbah, limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa cangkang dan serabut kelapa sawit telah dimanfaatkan sebagai bahan bakar di pabrik kelapa sawit semenjak pabrik didirikan untuk menghasilkan listrik dan uap air yang digunakan untuk proses di pabrik. Limbah cair sampai saat ini tidak dimanfaatkan untuk kebutuhan lain selain untuk land aplication di limbah hasil pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit PKS pada umumnya diolah melalui cara pond treatment, yang menyediakan beberapa pond, dimana limbah mengalami degradasi dalam kurun waktu tertentu di tiap-tiap pond. Umumnya pond terdiri dari cooling pond, anaerobik pond, aerobik pond dan facultative kolam anaerobik, degradasi komponen organik pada air limbah diikuti dengan produksi gas metana. Timbulnya gas metana ini terjadi karena kondisi lingkungan pada kolam mendukung bakteri penghasil gas metana bekerja secara studi ini, dilakukan kajian pemanfaatan gas metana yang timbul dari kolam anaerobik di PKS milik PT Perkebunan Nusantara PTPN 3. Studi ini dilaksanakan untuk menjawab krisis energi dengan memanfaatkan limbah dan penanggulangan efek pemanasan global yang disebabkan oleh Gas Rumah Kaca GRK seperti gas metana. J. Tek. Ling Hal. 459 - 474 Jakarta, September 2010 ISSN 1441-318X PT Perkebunan Nusantara 3 PT Perkebunan Nusantara 3 merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara BUMN Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit CPO dan Inti Sawit Kernel dan produk hilir karetGambar 1 Lokasi PKSPTPN 3 berasal dari perkebunan milik Belanda yang pada 1958 diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 1974 bentuk perusahaan berubah status menjadi PT Perkebunan Persero. Pada tahun 1994, untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dilakukan penggabungan antara 3 tiga BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan III Persero, PT Perkebunan IV Persero, PT Perkebunan V Persero disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen PT Perkebunan Nusantara III Persero. Selanjutnya pada tahun 1996 ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT Perkebunan Nusantara III Persero dengan kantor pusat di Medan, Sumatera 3 ini memiliki 10 pabrik kelapa sawit PKS yang berlokasi memanjang ke arah selatan dari Medan ke arah propinsi Riau, seperti ditunjukkan di gambar 1. Nama ke 10 PKS tersebut ditunjukkan di tabel di bawah, dimana dari 10 tersebut 6 PKS berkapasitas 60 ton/jam, sisanya berkapasitas 30 ton/jam. Tabel 1 Pabrik Kelapa Sawit PTPN 3No Nama PKS Lokasi t /jam1 Rambutan Sei Rampah, Deli Serdang 302 Aek Torop Kota Pinang, Labuhan Batu 603Aek NabaraBilah Hilir, Labuhan Batu 604 Sisumut Kota Pinang, Labuhan Batu 305 Aek Raso Kota Pinang, Labuhan Batu 306 Sei Daun Kota Pinang, Labuhan Batu 607 Torganda Kota Pinang, Labuhan Batu 608 Sei Silau Buntu Pane, Asahan 609 Sei Meranti Labuhan Batu 6010 Sei Bruhur Labuhan Batu Waktu dan Lokasi PenelitianGambar 1 menunjukkan lokasi ke sel uru han pabrik kelapa sawit dan perkebunan milik PTPN 3. Area lokasi terletak bagian Timur propinsi Sumatera Utara, memanjang dari bagian utara kota Medan, memanjang ke arah Selatan sampai perbatasan propinsi Sumatera Utara dan Riau. kota Medan sebelah timur propinsi Sumatera Utara ke arah selatan sampai propinsi 10 PKS milik PTPN 3, dalam studi ini dipilih PKS berkapasitas 60 t/jam dengan operasional konstan. Diantara PKS tersebut Febijanto I, 2010 461PKS Sei Silau memiliki jumlah pengolahan TBS terbesar diantara PKS lain berkapasitas 60t/jam. Kondisi Kolam Limbah di PKS pada umumnyaGambar 2 menunjukkan kondisi umum kolam limbah di PKS Sei Silau. Nampak di gambar sebelah kanan adalah kondisi kolam pada pagi hari, dimana minyak kotor miko pada kolam anaerobik menggumpal, di sebelah kanan adalah kondisi limbah pada siang hari. Kolam limbah ini mempunyai luas rata rata 50m2 lebih dan kedalaman lebih dari 2 m. Pendangkalan kolam terjadi dengan cepat, karena padatan dialirkan ke kolam bersamaan dengan air limbah. Pembersihan lumpur/sekam tidak secara periodik dilakukan oleh PKS, hal ini mempercepat pendangkalan kolam. Pada saat dilakukan pembersihan karena kendala biaya, biasanya sekam hanya ditumpuk begitu saja di pinggir kasat mata, dari permukaan kolam pengolahan limbah nampak gelembung-gelembung yang timbul diakibatkan adanya gas metana. Gas metana ini bisa terbakar jika terkumpul dalam jumlah yang banyak di atas PKS Sei Silau, air limbah dipakai untuk pupuk di kebun dengan mengalirkan melalui pipa air limbah ke kebun sejauh 3 km. Konsentrasi BOD dijaga agar tidak lebih rendah dari 5000 mg/l. Sebagian air dari kolam terakhir dikembalikan lagi ke kolam anaerobik 1 dan 2 secara bersamaan melalui pipa pararel. Air disirkulasikan dengan 2 unit pompa berkapasitas 30 m3/ Limbah Cair Limbah cair dari pabrik kelapa sawit disebut juga POME, Palm Oil Mill Effluent. Limbah air ini berasal dari air kondensasi proses sterilisasi sekitar 15-20%, air proses klarifikasi & sentrifugasi sekitar 40-50%, dan air dari claybat/hydroclone sekitar 9-11% 1. Limbah cair yang dihasilkan dari pabrik pengolahan minyak kelapa sawit PKS dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan karena memiliki kandungan BOD Biochemical Oxygen Demand dan COD Chemical Oxygen Demand yang sangat tinggi. Tanpa proses degradasi limbah cair ini berpotensi mencemari lingkungan dan menimbulkan bau. Untuk itu sebelum dialirkan ke lingkungan sekitar, kadar BOD dan COD limbah cair tersebut harus diturunkan sesuai dengan baku 2 Minyak yang mengental seb. kiri dan kondisi kolam limbah pada umumnya seb kananAir limbah digunakan untuk Land Aplication maka sesuai dengan aturan KEPMENLH/28/20032, tidak lebih dari mg/ltr. Dengan nilai BOD ini, limbah cair dianggap masih mempunyai nutrisi yang cukup sebagai pupuk cair. Air limbah yang dibuang ke sungai, sesuai KEPMENLH/28/2003, nilai BOD harus dibawah 150 mg/ltr2. Penurunan suhu air limbah dilakukan dengan menggunakan cooling pond/cooling tower, setelah itu air limbah dialirkan ke kolam anaerobik. Sirkulasi air dari kolam aerobik ke kolam anaerobik dilakukan dengan tujuan menurunkan suhu kolam, agar sesuai untuk suhu lingkungan bakteri pembusuk, dan untuk menambah kuantitas bakteri dari kolam anaerobik. Umumnya untuk sirkulasi air limbah digunakan 2 unit pompa dengan kapasitas 30-40 m3/ Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474 462Pada PKS Sei Silau, air limbah setelah melalui outlet PKS, dialirkan ke deoiling tank, lalu ke cooling pond. Pada cooling pond ini, dilakukan pengambilan minyak dengan drum penjilat. Minyak yang diambil dikembalikan lagi ke pabrik untuk diolah menjadi CPO Crude Palm Oil. Setelah itu air limbah dialirkan ke kedua kolam anaerobik secara pararel, dan setelah melalui kolam aerobik, air limbah digunakan untuk Land Aplication, dengan mengalirkan dengan pipa sejauh 3 km ke perkebunan. Sirkulasi air dari kolam aerobik ke anaerobik menggunakan 2 unit pompa dengan kapasitas 30 m3/jam. Luasan area kolam adalah panjang 67,5m, lebar 40,0m dan kedalaman 5,0 Proses Pembentukan BiogasBiogas adalah campuran gas yang dihasilkan dari proses degradasi zat-zat organik yang terkandung di dalam air limbah hasil proses ektraksi tandan kosong menjadi minyak kelapa sawit. Proses degradasi yang terjadi dalam kondisi anaerobik ini, dapat dibagi menjadi beberapa fase, yaitu hidrolisis, asetogenesis, dan metanogenesis. Pada tahap hidrolisis terjadi dekomposisi bahan biomassa kompleks menjadi glukosa sederhana memakai enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme sebagai katalis. Hasil penting tahap pertama ini adalah bahwa biomassa menjadi dapat larut ke dalam air dan mempunyai bentuk kimia lebih sederhan yang lebih sesuai untuk tahap berikutnya. Di langkah kedua terjadi dehidrogenasi pengambilan atom hidrogen dari bahan biomassa yaitu perubahan glukosa jadi asam asetat, karboksilasi pengambilan grup karboksil asam amino, memecah asam lemak ranti panjang jadi asam ranti pendek dan menghasilkan asam asetat sebagai produk akhir. Tahap ketiga adalah pembentukan biogas dari asam asetat lewat fermentasi oleh bakter metanogenik. Salah satu bakteri metanogenik yang banyak didapat di lumpur adalah methanobachillus omelianskii. Metabolisme anaerobik selulosa melibatkan reaksi komplek dan prosesnya lebih sulit daripada reaksi anaerobik bahan-bahan organik lain seperti karbohidrat, protein dan lemak3.Fase yang penting dalam pembentukan gas metana adalah fase metanogenesis, pada fase ini bakteria acetoclastic methanogenic mengkonversi senyawa alkohol, asetat, hidrogen H2 dan karbodioksida CO2 menjadi mentana CH44. Pada umumnya biogas terdiri atas gas metana CH4 50% sampai 70%, gas karbon dioksida CO2 30% sampai 40%. Hidrogen H2 5% sampai 10 % dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit 5,6.Biogas memiliki berat kurang lebih 20% lebih ringan dibandingkan udara dan bersuhu pembakaran antara 650 sampai 750oC. Biogas tidak berbatu dan berwarna, dan apabila dibakar akan menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG. Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/m3 dengan efisiensi pembakaran 60% pada konvensional kompor biogas5. Bakteri MetanogenikBakteri Metanogenik atau metanogen adalah bakteri yang terdapat pada bahan bahan organik dan menghasilkan metan dan gas gas lainnya dalam proses keseluruhan hidupnya pada keadaan anaerobik. Organisme hidup ini mempunyai kecenderungan untuk menyukai kondisi tertentu dan peka pada iklim mikro dalam pencerna. Terdapat banyak spesises dari hemanogen dan variasi sifat-sifatnya. Variasi sifat-sifat biokimia ini menyebabkan produksi biogas juga bervariasi7. Bakteri metanogenik dibandingkan dengan bakteri-bakteri pembentuk asam lainnya berkembang lambat dan sensitif terhadap perubahan mendadak pada kondisi kondisi fisik dan kimiawi. Sebagai contoh, penurunan 2oC secara mendadak pada slurry mungkin secara signifikan berpengaruh pada pertumbuhannya dan laju produksi gas8. Febijanto I, 2010 463Pembentukan gas ini dapat terjadi diantara suhu 4-60oC, dan dalam suhu konstan. Pada suhu optimum bakteri akan menghasilkan enzim lebih penghasil metana/bakteri metanogenik ini juga sensitih terhadap perubahan pH. Perubahan Aktivitas metanogenik ini berubah menjadi aktif pada pH antara 7 - 89, sedangkan pH optimum untuk jenis bakteri ini adalah 6,4-7,4 10. Proses anaerobik pada pengolahan air limbah kelapa sawit untuk menghasilkan gas metana, terdiri daru dua tahap, yaitu tahap pembentukan asam dan tahal pembentukan metana. Dimana pengaturan pH sangat penting pada proses awal. pH pada kondisi awal 7, akan memberikan peningkatan laju produksi biogas lebih baik dibandingkan dengan konsis pH yang lain11 . Pengambilan Sample Air Limbah dan Analisa CODPengambilan sample air limbah untuk analisa COD Chemical Oxygen Demand dilakukan di inlet dan outlet kolam anaerobik. Analisa COD dilakukan untuk memprediksi jumlah gas metana yang dihasilkan dari hasil pemrosesan dekomposisi zat organik pada kolam anaerobik. Korelasi linier dari penurunan COD dengan peningkatan gas metana yang dihasilkan di kolam anaerobik telah ditunjukkan dengan jelas oleh penelitian sebelumnya 12. Metoda standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen Demand COD yang digunakan saat ini adalah metoda yang menggunakan oksidator luas, Kaliom bikormat, CaCr2, asam sufat pekat dan perak sulfa sebagai katalis. Sedangkan metodologi pegukurannya terdiri dari seperti di bawah ini 13, yaitu a. SNI - refluks tertutup secara spektrofotometrib. SNI - refluks tertutup secara titimetric. SNI - refluks terbuka secara titrimetrid. SNI refluks terbuka secara spektrofotometriPengukuran COD dari kolam limbah PKS Sei Silau dilaksanakan di laboratorium Suconfindo yang menggunakan cara SNI - refluks terbuka secara Pemanfaatan Sebagai Sumberdaya EnergiPemanfaatan gas metana sebagai energi pada dasarnya belum banyak diimplementasikan. Selain kendala investasi juga kendala teknologi menjadi kendala yang umum. Gas metana yang berasal dari kolam dapat diinjeksikan kedalam biogas engine atau ke dalam boiler sebagai bahan bakar pengganti dari fiber maupun cangkang. Pemanfaatan gas metana dari kolam limbah di PKS belum banyak dilakukan di Indonesia, tetapi sudah banyak diimplementasikan di Malaysia, sebagai proyek CDM 14. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Pemanfaatan gas metana di kolam limbah baik itu sebagai energi atau pun dibakar saja, dapat dimasukkan sebagai usaha untuk mengurangi efek GRK. Pengurangan emisi terjadi ketika gas metana dibakar, dan diubah menjadi karbondioksida, CO2. Gas CO2 termasuk GRK, akan tetapi mempunyai daya rusak 1/21 lebih kecil dari CH4. Sehingga konversi CH4 ke CO2 merupakan pengurangan dampak penangkapan gas metana dari kolam limbah PKS, untuk dimanfaatkan sebagai energi maupun dibakar saja, secara teoritis bukan merupakan hal baru. Hanya karena membutuhkan biaya yang besar, teknologi tersebut tidak banyak Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474 464diimplementasikan, karena membutuhkan biaya yang besar, dan dapat menjadi beban bagi perusahaan. Dengan adanya mekanisme CDM yang memberikan insentif terhadap proyek-proyek yang mengurangi emisi Gas Rumah Kaca GRK, aplikasi teknologi ini mulai Mekanisme Clean Development Mechanism CDMMekanisme Clean Development Mechanism CDM adalah suatu mekanisme yang merupakan komitmen dunia international untuk mengurangi Green House Gas GHG, seperti gas CO2, N2O, CH4, dsb. GHG ini merupakan penyebab dari pemanasan global. Melalui mekanisme CDM, negara maju yang tergabung dalam ANNEX I bersama negara-negara berkembang untuk bekerja sama mengurangi emisi gas rumah program CDM bagi negara berkembang antara lain adalah a. Adanya aliran investasi asing, yang dapat membantu kelancaran finansial Keikutsertaan investor asing dalam proyek dapat memperkecil resiko bagi pengembang Ada n y a kemungki n a n transfer teknologi, yang dapat membantu perkembangan teknologi Jika pendanaan melalui pinjaman bank asing, biasanya akan mendapatkan bunga yang rendah dari keuntungan-keuntungan yang ada, keuntungan mendapatkan finansial atau adanya investasi asing merupakan hal yang menarik dari program CDM bagi pengembang lokal. Bagi negara maju, program CDM mer u paka n car a pen guran g an emisi gas rumah kaca yang dapat dilakukan dengan biaya murah dibandingkan dengan pelaksanaan di negaranya CDM sendiri mempunyai pr osedur y ang sudah dit entuk an oleh UNFCCC United Frameworks for Convention Climate Change. Prosedur tersebut harus dilakukan agar suatu proyek dapat diakui secara resmi oleh UNFCCC, selaku badan yang memberikan sertifikat terhadap sebuah proyek CDM. Prosedur tersebut ditunjukkan dalam gambar langkah yang dilakukan dalam proses administrasi CDM, dapat memakan waktu lebih dari satu tahun. Intinya perlu dilakukan klarifikasi terhadap pelaksanaan proyek CDM apakah pengurangan CO2 terjadi dengan pasti, dan klarifikasi methodologi perhitungan bisa dipertanggungjawabkan. Pemanfaatan mekanisme CDM, dapat mengurangi resiko ketidaklayakan secara ekonomis suatu proyek yang memakai energi terbarukan. Pemasukan dari penjualan kredit karbon dapat menjadi pemasukan tambahan selain pemasukan dari penjualan listrik. Rata rata hasil dari penjualan kredit karbon ini dapat menambah nilai IRR sebanyak 1-2% dan dapat meningkatkan gross keuntungan sebesar 10-20%Project Design 1Pre-validationProject Design 2ValidationRegistrationMonitoringVerificationCertificationIssuance of CER EBDOEDOEPPExecutife Board EBDOEPPDesignated Operating Entity DOEProject ParticipantPPl Provision of Draft Project Design Documentl Check of Draft Project Design Documentl Application for Approval by the Countries Concernedl Submission of Approval in Written form to DOEl Completion of Project Design Document PDDl Check of Validation Requirement including PDDl Invitation of Public Commentsl Issuance of Validation Reportl Review of Validation Reportl Registration of CDM Project Activityl Implementation of the Project and Monitoringl Provision of Monitoring Reportl Inspection of Monitoring Process & Resultl Provision of Verification Reportl Making Verification Report Publicly Availablel Provision of Certification Reportl Making Certification Report Publicly Availablel Decision of CER Issuancel Issuance of CER by CDM Registry AdministratorGambar 3 Proses adminstrasi CDMFebijanto I, 2010 4652. Pemilihan LokasiKapasitas produksi PKS Sei Silau relatif tinggi dan stabil dibandingkan PKS lain milik PTPN3, sehingga menjadi pilihan obyek studi. PKS ini terletak di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, berlokasi di koordinat, 2° 54' 7,50" Lintang Selatan dan 99° 30' 30,30" Bujur Rasio Air LimbahRasio air limbah untuk tiap ton Tandan Buah Segar TBS yang diproses berkisar antara 0,55 – 0,65 m3/ton15. Dari perbandingan PKS di Malaysia 5 PKS, di Indonesia 3 PKS dan di Thailand 1 PKS, didapatkan rata-rata perbandingan antara volume limbah cair terhadap 1 ton TBS, yaitu 54,8%16. Berdasarkan pertimbangan konservatif, perbandingan air limbah per satu ton TBS pada studi ini diambil 54,8%. Pengukuran Kualitas AirPengukuran kualitas air digunakan parameter COD. Dari selisih nilai COD air limbah yang sudah diproses dan telah diproses dapat dihitung jumlah gas metana yang dihasilkan dari air limbah. Pengukuran COD ini diakukan di laboratorium Sucofindo, Medan. Pengambilan sample air untuk pengukuran COD dilakukan 10 hari diambil di tiap inlet dan outlet kolam anaerobik. Sample dimasukkan ke dalam botol plastik gambar 4 kemudian dimasukkan ke dalam cooler box untuk dibawa ke 5 menunjukkan sistem aliran air di PKS Sei Silau, dimana dari cooling pond air dialirkan secara pararel, dan dari kolam akhir air disirkulasikan ke kolam anaerobik 1 dan 2. Pengambilan COD dilaksanakan di inlet dan outlet masing-masing kolam anaerobik 1 dan 4 Pengambilan Sample Air Limbah untuk Pengukuran Potensi Produksi Gas MetanaGambar 5 Lay out kolam limbah PKS Sei SilauPotensi produksi gas metana atau Baseline emission dari proyek penangkapan gas metana pada sistem pengolahan limbah air dapat ditunjukkan dengan persamaan Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474 466pada Approved Methodology version 13”Methane recovery in waste treatment” 17 1 Perhitungan Gas Metana Perhitungan potensi gas metana ditentukan melalui metodologi UNFCCC. Nilai parameter untuk COD, didapat dari hasil rata-rata nilai COD dari pengukuran selama 10 hari berturut turut. BEy t-CO2-e/yr = {BEpower,y + BEww,treatment,y + BEs,treatment,y + BEww,discharge,y + BEs,nal,y}……….1dimana, BEy emisi baseline pada tahun y t-CO2BEpower,y emisi baseline dari listrik atau kebutuhan bahan bakar pada tahun y t-CO2BEww,treatment,y emisi baseline dari pengolahan limbah cair t-CO2BEs,treatment,y emisi baseline dari pengolahan sludge/lumpur t-CO2BEww,discharge,y emisi baseline dari pembusukan karbon organik dari hasil pengolahan limbah cair yang dibuang ke sungai/ lautt-CO2BEs,nal,y emisi baseline dari pembusukan an organik lumpur t-CO2Pada proyek ini, listrik yang dipakai untuk menjalankan proses pengolahan limbah cair menggunakan bahan bakar biomasa serabut dan cangkang yang diambil dari limbah pembuatan CPO di pabrik, sehingga energi listrik yang dihasilkan tidak menghasilkan emisi, maka BEpower,y = 0. Pengolahan sludge/lumpur pada proyek ini tidak mengalami perubahan dengan adanya proyek ini, dimana lumpur diambil dari kolam an aerobik secara berkala untuk menjaga kualitas air yang dikeluarkan ke areal perkebunan, sehingga dalam proyek ini BEs,treatment,y= proyek ini, limbah air yang keluar dari kolam an aerobic diolah dengan baik di kolam aerobic, maka BEww,discharge,y = 0. Dan karena lumpur digunakan sebagai pupuk/soil application maka BEs,final,y = 0. Dengan kondisi proyek seperti itu, maka persamaan baseline dalam kegiatan proyek ini menjadi, BEy = BEww,treatment,y= Qww,i,y x CODremoved,i,y x MCFww,treatment,BL,i x Bo,ww x UFBL x GWPCH4…………………………….2dimana,Qww,i,y Jumlah limbah air t/m3CODremoved,i,y Nilai COD yang terambil/ Koreksi factor gas metana untuk baseline pengolahan limbah air, kolam an aerobik dalamBo,ww Kapasitas produksi gas metana pada limbah air, kg CH4/kgCOD UFBL Faktor koreksi model untuk perhitungan ketidakpastidak mode, Potensi emisi gas metntana pada sistem pengolahan limbah air yang dilengkapi sostem penangkap gas bio, 212 Emisi Proyek Emisi proyek yang dihasilkan dari kegiatan proyek ini dihitung berdasarkan metodologi pada dengan persamaan sebagai berikut Febijanto I, 2010 467PEyemisi proyek pada tahun y t-CO2PEpower,y emisi proyek dari listrik atau kebutuhan bahan bakar pada tahun y t-CO2PEww,treatment,y emisi gas metana dari sistem pengolahan limbah air yang diakibatkan kegiatan proyek dan tidak dipasang penangkap gas, pada tahun y t-CO2PEs,treatment,y emisi gas metana dari sistem pengolahan lumpur yang diakibatkan kegiatan proyek dan tidak dipasang penangkap gas, pada tahun y t-CO2PEww,discharge,y emisi proyek dari pembusukan karbon organik dari hasil pengolahan limbah cair pada tahun yt-CO2PEs,nal,y emisi proyek dari pembusukan an aerobik dari hasil akhir lumpur pada tahun y t-CO2PEfugitive,y emisi proyek dari biogas yang terlepas dari sistem penangkapan pada tahun yt-CO2PEbiomass,y emisi gas metana dari penyimpanan biomasa pada kondisi an-aerobik t-CO2PEaring,y emisi gas metana dari ketidaksempurnaan pembakaran pada tahun y t-CO2PEy = PEpower,y+PEww,treatment,y+PEs,treatment,y+ PEww,discharge,y +PEs,final,y+PEfugitive,y+PEbiomass,y+PEflaring,y …….3dimana,PEpower,y terdiri dari emisi proyek yang berasal dari kebutuhan listrik dan konsumsi bahan bakar fosil, seperti ditunjukkan dalam versi 13. Untuk emisi GRK dari konsumsi listrik ditentukan dalam versi 15, dan emisi GRK dari konsumsi bahan bakar fosil ditentukan dengan emisi factor dari bahan bakar proyek ini akan dikonsusmi listrik dan konsumsi bahan bakar fosil. Emisi GRK dari kedua konsumsi tersebut dihitung seperti di bawah ini. PEpower,y = PEelectricity,PJ,y + PEfossilfuel,PJ,y…….4dimanaPEelectricity,PJ,yEmisi CO2 dari konsumsi listrik dari aktivitas proyek pada tahun y tCO2e/thnPEfossilfuel,PJ,yEmisi CO2 dari konsumsi bahan bakar dari aktivitas proyek tahun y tCO2e/thnPEelectricity,PJ,y = ECPJ,y * EFelectricity,CO2…………5dimanaECPJ,yJumlah konsumsi listrik pada aktivitas proyek tahun y kWh/thnEFelectricity,CO2Emisi factor CO2 pada proyek tCO2e/kWhPada proyek ini tidak terkoneksi dengan jaringan listrik PLN dan listrik yang dihasilkan berasal dari pembangkit bahan bakar biomasa dan mesin diesel. saat pembangkit biomasa tidak beroperasi. Kedua jens pembangkit tersebut milik PKS. Emisi Faktor CO2 berdasarkan versi 13 dan versi adalah sebagai berikut EFelectricity,CO2 = …………………………………………………..Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474 468DimanaEFelectricity,CO2Emisi Faktor CO2 di lokasi proyek tCO2e/kWhEGbiomass,yJumlah listrik yang dibangitkan oleh pembangkit biomasa pada tahun y kWh/thnEFelectricity,CO2,biomassEmisi Faktor CO2 dari pembangkit biomasa pada tahun y kgCO2e/kWh. Menurut AMS III. H ver 13 nilainya adalah listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit bahan bakar fosil pada tahun y kWh/thnEFelectricity,CO2,fossilEmisi Faktor CO2 dari pembangkit biomasa pada tahun y kgCO2e/kWh. Berdasarkan AMS ver 15, nilainya adalah 0,8 jika kapasitas > 200 kW. Pada proyek ini EFCO2 sangat kecil karena listrik yang dikonsumsi sebagain besar dibangkitkan oleh pembangkit bahan bakar biomasa. Jumlah listrik pada tahun 2008 adalah sebagai berikut, kWh/thn dibangkitkan oleh pembangkit bahan bakar biomasa dan kWh/thn oleh pembangkit bahan bakar fosil diesel. Sehingga EF dapat dihitung sebagai berikut ,electricityfossil,biomassCO2,y ,electricitybiomass,G EG EF EG EF EG E++××6Total jumlah listrik yang dibutuhkan dalam pada proyek ini, ECPJ,y adalah 68MWh/thn, dengan rincian sebagai berikut a. Pompa penyalur 1,5 kW/unit x 2 unit/kolam x 2 kolam = 6,0 kWb. Pompa pengaduk 0,4 kW/unit x 2 unit/kolam x 2 kolam = 1,6 kWc. Cerobong untuk flaring system x 1 unit/site = konsumsi listrik adalah kW x 24 hours x 365 days = 68,328kWh/thn. Emisi CO2 dari konsumsi listrik pada proyek PEelectricity,PJ,y adalah sangat kecil, yaitu ;PEelectricity,PJ,y = ECPJ,y x EFelectricity,CO2 = 68, = tCO2e/thnKarena jumlah emisi CO2 pada konsumsi listrik di proyek ini sangat kecil dibanding total emisi CO2 yang dikeluarkan oleh proyek, maka dapat diabaikan PEpower,y=0.PEfossilfuel,PJ,y, adalaIah emisi GRK yang berasal dari pembakaran ELPIJI untuk mendukkung pembakaran gas pada system flaring. Perhitungannya ditunjukkan pada persamaan di bawah ini. PEfossilfuel,PJ,y = FCLPG,y x x HVLPG............................................................................................7dimanaEFelectricity,CO2 = 4,278,013*0+10,550* CO2 emission dari konsumsi bahan bakar fosil pada tahun y tCO2e/thnFCLPG,yKonsumsi ELPIJI pada tahun y tLPG/thnEFLPG,combustEmisi factor CO2 dari pembakaran gas ELPIJI kgCO2/TJHVLPG Nilai kalor gas ELPIJI E LPG, I, 2010 469Proses pengolahan limbah cair secara an aerobik pada aktivitas proyek ini adalah sama dengan kondisi sebelum proyek baseline, sehingga kualitas air yang diolah/nilai COD Chemical Oxygen Demand limbah air setelah melewati kolam an aerobik pada saat sebelum proyek dan sebelum proyek adalah sama, maka dalam perhitungan ini dapat dianggap PEww,discharge,y=0. Lumpur/sludge dari kolam an aerobik diambil secara periodik untuk menjaga kulitas proses pengolahan air dan mencegah pendangkalan kolam. Lumpur diambil dari kolam, dikeringkan dengan sinar matahari dan kemudian dibuang ke lahan perkebunan terdekat sebagai pupuk, sehingga PEs,final,y=0. Dengan tidak adanya pengolahan lumpur maka pada emisi pada kegiatan tersebut tidak ada, dan tidak ada nilai PEs,treatment,y. Karena tidak ada biomasa yang disimpan dibawah kondisi an-aerobik, maka tidak ada nilai PEbiomass, kondisi aktivitas proyek seperti di atas maka persamaan 4 menjadi,PEy = PEww,treatment,y + PEfugitive,y + PEflaring,y .……………………………………………8PEfugitive,y = PEfugitive,ww,y + PEfugitive,s,y………9karena pada proyek ini tidak ada sistem pengolahan sludge, maka, nilai PEfugitive,s,y tidak ada, sehingga,PEfugitive,y = PEfugitive,ww,y……………………10PEfugitive,ww,y = 1-CFEww x MEPww,treatment,y x GWPCH4…………………………………………………………………….11dimana,CFEww Esiensi pengkapan dari fasilitas penangkapan gas pada sitem pengolahan limbah, Potensi emisi gas metntana pada sistem pengolahan limbah air yang dilengkapi sistem penangkap gas bio, 21Potensi gas metana yang dihasilkan dari limbah cair dari kolam an aerobik dinyatakan dalam persamaan di bawah ini,MEPww,treatment,y = Qww,y x Bo,ww x UFPJ x CODremoved,PJ,k,y x MCFww,treatment,PJ,k……….............................….12dimana,Qww,y Jumlah limbah air t/m3Bo,ww Kapasitas produksi gas metana pada limbah air, kg CH4/kgCODUFPJ Faktor koreksi model untuk perhitungan ketidakpastidak model, COD yang terambil/ kolam anaerobic dalamPEflaring,y = TMRG,h x x GWPCH4/1000………………………………...13dimana jumlah massa gas metana yang mengalir pada aliran gas bio pada fasilitas pembakaran/flaring dianggap sama dengan jumlah massa gas metana yang dihasilkan kolam an aerobik setelah dikurangi jumlah gas metana yang terlepas pada dari sistem penangkapan gas, TMRG,h x GWPCH4/1000 ≒ MEPww,treatment,y x GWPCH4 - PEfugitive,ww,y………...………………………….14TMRG,h Jumlah massa gas metana pada aliran gas bio buang kg/hSehingga persamaan 13 dapat dirubah menjadi persamaan di bawah ini,PEflaring,y=MEPww,treatment,yxGWPCH4 Efugitive,ww,y…………………………………………………………………………………………..15Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474 4703 Kebocoran/LeakagePada proyek ini, instalasi sistem penangkapan dan pembakaran gas metana merupakan sistem/peralatan yang baru sehingga, kebocoran/leakage dianggap nol, LE= Pengurangan Emisi Emission ReductionPengurangan emisi dari skenario proyek ini adalah sebagai berikutERy,ex ante= BEy,ex ante + B Ey, electricity – PEy,ex ante + LEy,ex ante.…………………………………16persamaan 16 dapat dirubah menjadi, ERy,ex ante= BEww,treatment,y + BEy, electricity – PEww,treatment,y + PEfugitive,y + PEflaring,y.………...17 Keekonomian ProyekDiasumikan untuk proyek CDM diskenariokan bekerjasama dengan pihak pembeli, dimana biaya pengurusan administrasi ditanggung oleh pihak pembeli. Pemilik dari lahan dan limbah cair , PKS Sei Silau tidak mengeluarkan biaya untuk investasi, berkewajiban hanya menyediakan limbah dan lahan untuk proyek ini saja. Harga CER Credit Emission Reduction diasumsikan 18 atau 27,52 USD/t-CO2 .Nilai investasi untuk flaring gas system berikut covering sheet untuk dua kolam anaerobic seluas masing masing x 40 m2, dan biaya operasional meliputi maintenance alat, gaji pegawai dan biaya verifikasi tiap tahun diasumsikan di table 2 Parameter KeekonomianINVESTASI BIAYAaring system+ methane gas capture+ CDM procedure USDO&M BIAYAFlaring system USDVerikasi proyek CDM USD3. HASIL DAN Pengukuran Air LimbahPada PKS Sei Silau, total jumlah TBS olah pada tahun 2008 adalah ton, = + 13,590,4 8,566,9 + 2,771,52 2+= – = mg/ltr= 0,01491 ton/m3Rentang reduksi COD di kolam anaerobik 1 dan 2, selama 10 hari berturut-turut berkisar antara 46,1%-85,3%, dan rata-rata reduksi COD pada kolam 1 dan 2, masing-masing adalah 68,9% dan 79,6%. Total reduksi rata-rata untuk kedua Febijanto I, 2010dengan rasio air limbah per ton TBS adalah 54,8%16, maka jumlah air limbah pada tahun itu adalah ton. Air sirkulasi dihitung dari kapasitas pompa dalam setahun adalah ton. Sehingga total debit air limbah yang masuk ke dalam kolam adalah Hasil Pengukuran CODHasil pengukuran COD dan pH selama 10 hari berturut-turut, dengan lokasi pengukuran pada tanda bulat di kedua inlet pada kolam an-aerobik 1 dan 2 gambar 8, ditunjukkan pada tabel 3 dan 4. Air limbah pada PKS Sei Silau ini dialirkan ke kolam anaerobik secara hasil pengukuran COD seperti yang ditunjukkan dalam tabel 1 dan 2, COD yang menuju ke kolam anaerobik 1 lebih tinggi dibandingkan yang menuju ke kolam anaerobik nilai rata-rata data COD selama 10 hari, di kedua inlet kolam anerobik 1 dan 2 diambil rata-ratanya dengan hitungan sebagai berikut. . 471Tabel 3 Data COD dan pH dari kolam 1hari COD inlet pH inlet COD outlet pH outlet1 30, 7, 28, 8, 30, 7, 29, 7, 29, 8, 23, 10, 25, 8, 26, 7, 20, 10, 31, 8, 4 Data COD dan pH dari kolam 2hari COD inlet pH inlet COD outlet pH outlet1 19, 2, 13, 2, 10, 2, 17, 2, 14, 2, 7, 2, 8, 2, 18, 2, 7, 2, 16, 2, rasio reduksi COD dari inlet dan outlet kolam anaerobik, kemungkinan terjadi dikarenakan kolam anaerobik di PKS Sei Silau relatif dangkal. Secara disain kedalaman kolam adalah 5 m, tetapi pada kenyataannya menumpuknya sludge di kolam tidak secara periodik dikeluarkan dari kolam, maka kedalaman menjadi lebih dangkal. Berdarkan laporan staf lapangan PKS Sei Silau, kedalaman kolam tidak lebih dari 2 m. Pendangkalan ini menyebabkan terjadinya waktu tinggal air limbah menjadi lebih pendek, sehingga mengurangi waktu dekomposisi zat COD di saluran input kolam anaerobik, nilainya relatif rendah dibandingkan dengan beberapa referensi yang ada. Pengukuran COD untuk proyek CDM di PKS Perlabian, Sumatera Utara menunjukkan angka ton/m3 19, dan 0,055410 ton/m3 dan 0,07256 ton/m3pada proyek CDM yang lain di PKS Ulu Kanchong, Malaysia20, dan Sabah15. Dari suatu penelitian terkait nilai COD dari 30 PKS di Indonesia dan 40 PKS di Malaysia, ditunjukkan bahwa rata rata COD di Indonesia berkisar dari mg/l, dengan rata rata mg/l, sebagai perbandingan di Malaysia berkisar antara mg/l, dengan rata-rata mg/l. Target pengukuran COD ini hanya dikhususkan pada PKS yang menggunakan Centrigue Waste, dimana kondisi ini sama dengan kondisi PKS Sei Silau yang tidak memiliki sistem pemisahan antara limbah padat dan Dari data tersebut di atas, nilai COD di PKS Indonesia, rata -rata lebih rendah 35,2% dibandingkan MalaysiaDari hasil pengukuran di studi ini, nilai COD rata rata dari kedua anaerobik pond adalah mg/l, dengan rasio reduksi COD rata-rata adalah 72,5%. Rendahnya nilai COD pada pengukuran di studi ini, didukung dengan nilai pH pada inlet kolam anaerobik yang berada di bawah pH=7. pH pada inlet di kolam anaerobik 1 dan 2 rata-rata adalah 5,34 dan 6,12. Dimana dalam kondisi pH ini proses bakteria metnogenik tidak optimum. Bakteri metanogenik akan menghasilkan gas metana secara aktif pada pH antara 7 dan 821,9,11 , sedangkan pH optimum berkisar pada 6,4-7,410. Outlet dari kedua kolam anaerobik untuk kolam 1 dan 2 adalah 7,27 dan 7,33. Kondisi pH pada outlet menyatakan bahwa proses pembentukan gas metana terjadi. Tetapi dengan kondisi inlet pH yang Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474kolam anaerobik tersebut adalah 72,5%. Reduksi ini masih relatif rendah dibandingkan hasil pengukuran yang dilakukan Hayashi, dimana kolam anaerobik dapat mengurangi COD sebesar 472tidak berada dalam pH optimum bakteri metanogensis untuk menghasilkan gas metana, maka proses yang terjadi di kolam anaerobik disimpulkan tidak dapat terjadi secara optimum. Rendahnya nilai COD ini dapat terjadi karena adanya volume air yang masuk ke dalam air limbah secara berlebihan. Dari pengamatan di lapangan, air cucian minyak di sekitar Screw Press dan Clarifier Oil Tank, dibuang ke dalam parit yang bersatu dengan air limbah. Pencucian di sekitar kedua alat tersebut diperlukan karena adanya kebocoran minyak. Kebocoran minyak ini perlu dibersihkan untuk menjaga keamanan dan kebersihan lingkungan kerja pabrik. Kondisi kebocoran ini tidak terjadi di PKS di Malaysia, sehingga kondisi ini merupakan jawaban dari penyebab rendahnya COD di PKS di Indonesia dibandingkan di Pemanfaatan Gas MetanaDari hasil data dan potensi sumber gas metana dihitung dengan menggunakan persamaan di Jumlah gas metana yang dihasilkan dari dua kolam anaerobik tiap tahun adalah t-CH4/tahun atau t-CO2/ Pengurangan Emisi GRKJika proyek ini dimasukkan ke dalam proyek CDM, dengan skenario flaring, atau pembakaran gas metana saja. Maka proyek ini mempunyai arti sebagai proyek yang berkontribusi terhadap pengurangan GRK, dengan cara penangkapan dan pembakaran gas metana. Aktifitas dari proyek ini kemudian jika disertifikatkan kepada badan PBB yang mengurusi pengurangan GRK, sebagai sebuah proyek CDM. M aka proyek ini akan mendapatkan pendapatan dari hasil penjualan sertifikat proyek belum dilaksanakan kolam anaerobik 1 dan 2 mengeluarkan emisi, BEy = BEww,treatment,y , sebesar t-CO2/tahun. Dan ketika proyek ini berjalan proyek akan menghasilkan emisi yang merupakan penjumlahan dari, PEy = PEww,treatment,y + PEfugitive,y + PEflaring,y atau t-CO2/ begitu proyek ini dapat mereduksi emisi CO2 sebesar t-CO2/thn = - Proyek CDMSebagai proyek CDM, emisi GRK yang didapat dapat disertifikatkan, dan jika sertifikasi proyek dapat disetujui oleh UNFCCC. Proyek baru bisa mendapatkan pendapatan dari CER setelah dilakukan verifikasi oleh pihak ke tiga 6 bulan atau 12 bulan proyek berjalan. Analisa Keekonomian Pendapatan dari proyek ini, hanya berasal dari penjualan CER Credit Emission reduction, tanpa adanya pendapatan dari CER maka proyek ini tidak layak secara keekonomian, karena tidak adanya CER bergantung kepada besarnya emisi GRK yang dikurangi selama proyek berjalan dalam setahun, selama 7 tahun. Proyek ini dapat mengurangi emisi GRK sebanyak t-CO2/tahun. Dengan asumsi harga CER adalah maka pendapatan yang didapat dari CER per tahun adalah USD Dengan memperhitungkan nilai investasi dan biaya operasional seperti ditunjukkan di tabel 4, maka nilai IRR dari proyek ini adalah Bunga pinjaman rata rata bank menurut Bank Indonesia pada awal tahun 2010 adalah sekitar 20% 22 maka proyek ini dapat dinilai sangat I, 2010 4734. KESIMPULANDari hasil survei ditemukan, bahwa potensi gas metana pada kolam limbah berkaitan erat dengan selisih COD Chemical Oxygen Demand yang berkurang di inlet dan outlet kolam COD pada PKS Sei Silau relatif rendah dibandingkan dengan nilai COD dari PKS di negara lain. Rendahnya nilai COD ini dikarenakan adanya pencampuran air buangan yang berasal dari proses pencucian dan proses lain di dalam pabrik ke dalam saluran pembuangan air limbah., yang mengakibatkan pencairan air proyek CDM, proyek pemanfaatan gas metana dari dua kolam anaerobik di PKS Sei Silau merupakan proyek yang layak secara keekonomian. UCAPAN TERIMA KASIHUcapan terima kasih ditujukan kepada Manager Pabrik PKS Sei Silau, PTPN 3, Bapak Herbert yang telah membeirkan kesempatan untuk melakukan analisa dan observasi serta pengumpulan data di PUSTAKA1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, No. 28 tahun 2003, tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Rachmawan Budiarto, Potensi Energi Limbah Pabrik Kelapa Sawit, BSS_325_1_1-6, Ali Akbar, Biological Treatment of Palm Oil Mill Effluent POME using an Up-Flow Anaerobic Sludge Fixed Film UASFF Bioreactor, thesis for degree of Doctor of Philosophy, Abdullah, K., Abul Kohar Irwanto, Ni rwa n Si regar, En dah A gus tina, Armansyah H. Tambunan, M. Yasin, Edy Hartulistyono, Y. Aris Purwanto, 1991. Energi dan Listrik Pertanian, JICA-DGHE/IPB Project/ADAET, JTA-9a 132.6. Yadava, and Hesse, 1981. The development and Use of Biogas Technology in Rural Area of Asia A Status Repoert 1981. Improving Soil Fertility through Organic Recycling, FAO/UNDP Regional Project RAS/75/004, Project Field Document No. Teguh Wikan W, N. Ana dan R. Elita, Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian Untuk Energi Biogas”,20078. Gunnerson, and Stuckey, 1986, Anaerobic Digestion ”Principles and Practices for Biogas System. The Worl Bank Washington, Sosnowski, P., A, Wieczorek , & S. Ledakowicz, “Anaerbobic co-digestion os sewage sludge and organic fraction of municipal solid wastes, Adv, Environ Res, 2003. 73, pp. Renita Manurung, Proses Anaerobik sebagai Alternatif untuk Mengolah Li mba h Sawit,e-USU Repository, Univeristas Sumatera Utara, Mahajoeno, Edwi, Lay, Bibiana Widiati, Sutjahjo, Suryo Hadi, dan Siswanto. 2008. Potensi Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit untuk Produksi Biogas. Jurnal Bioversitas Volume 9 No. Cassidy, Hirl and E. Belia, Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474 474Methane production from ethanol anaerobics SBRs, Water Science & Technoloogy-WST, 58-4, 2008, pp. Project Design Document of Solids Separation of POME and co-composting project, Sabah,200716. K., Hayashi, Environmental Impact of Palm Oil Industry in Indonesia, Proceeding of International Symposium on Eco Topia Science 2007, ISETS07 200717. “Approved small-scales methodologies”, Cristian Retamal, Understanding CER price volatility, Carbon Management Consulting Group, Latin Carbon Forum, Panama, June 25 2009Febijanto I, 201019. Project Design Document of Methane Recovery in Wastewater Treatment, Project AIN07-W-05, Sumatera Utara, Indonesia, Ver. 1, 14 November Project Design Document of Methane Recovery in Wastewater Treatment, Biogas Recovery at Ulu Kanchong Palm Oil Mill, 15 January Tajaradin, dan N. Ismail, Relationship between Methane Production and Chimica, Oxygen Demand COD in Anaerobic Digestion of Food Waste, International Conference on Construction and Building Technology ICCBT-D-03, Jakarta Post, 19 Maret 2010 ... Rata-rata penurunan nilai kualitas air limbah untuk parameter COD di Tahun 2019 adalah sebesar mg/L dengan rata-rata persentase penuruanan nilai COD COD removal sebesar 92,00%, dengan nilai persentase penurunan tertinggi terdapat pada Bulan September yaitu sebesar 97,53% dan nilai persentase penurunan terendah pada Bulan Januari yaitu sebesar 77,78%. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Hayashi dalam Febijanto 2010, bahwa penurunan nilai COD pada kolam anaerobik biogas dapat mengurangi COD sebesar 97,8%. Grafik penurunan nilai COD dapat dilihat pada Gambar 2. ...Antoni Antoni Yusni SiregarSuwondo SuwondoThe development of the palm oil industry in Indonesia is growing rapidly, including the increasing number of palm oil processing factories and their liquid waste which has an impact on increasing the amount of greenhouse gases through methane gas. This research was conducted to determine the strategy in utilizing the effluent palm oil mill as a sustainable energy source in the palm oil mill of PT. MSSP of Siak Regency. Utilization of palm oil mill effluent as biogas fuel is carried out using covered lagoon reactor pond technology and serves to reduce the emission value of 1, tons of CH4 during 2019 and to function in economic efficiency from the use of sustainable energy or biogas for companies by Rp. 8,109,598,450 and socially functioning for employees and the community around PT. MSSP is a positive perception, both in lightening the work of employees and reducing the will in community settlements. The strategy carried out in the utilization of palm oil mill effluent as a sustainable energy source at PT. MSSP aims at good and proper management and application. The strategy was formulated in the SWOT analysis by compiling strengths, weaknesses, opportunities and threats in the application of the utilization of palm oil mill effluent as a sustainable energy paper presents the results of investigation of methane fermentation of sewage sludge and organic fraction of municipal solid wastes OFMSW as well as the cofermentation of both substrates under thermophilic and mesophilic conditions. In the first experiment the primary sludge and thickened excess activated sludge were fed into a 40 dm3 bioreactor operated thermophilically. The second co-fermentation experiment was conducted with the mixture of sewage sludge 75% and OFMSW 25% in the same bioreactor arrangement. The other three experiments III and IV, V were carried out in quasi-continuous mode in two separated stages acidogenic digestion in the continuous stirred tank bioreactor under thermophilic conditions 56 °C and mesopholic methane fermentation 36 °C. The third experiment was conducted with the substrate-OFMSW only, in the fourth run sewage sludge from a municipal water treatment plant was used. In the fifth experiment a mixture of sewage sludge and OFMSW was used. In all experiments the following data were determined biogas content and productivity, pH, total suspended and volatile solids, elemental content C, H, N, S of sludge, OFMSW and inoculum, total organic carbon, total alkalinity and volatile fatty acid content. Comparing the elemental analysis of sewage sludge and OFMSW it is evident that N content is higher in the sludge than in the OFMSW, however, the carbon content relation is the opposite, which may be beneficial to methane yield of co-digestion. Methane concentration in the biogas was above 60% in all cases. Biogas productivity varied between and dm3/g VSSadd depending on substrate added to the digester. The obtained results are generally consistent with literature Treatment of Palm Oil Mill Effluent POME using an Up-Flow Anaerobic Sludge Fixed Film UASFF Bioreactor, thesis for degree of Doctor of PhilosophyAli AkbarAli Akbar, Biological Treatment of Palm Oil Mill Effluent POME using an Up-Flow Anaerobic Sludge Fixed Film UASFF Bioreactor, thesis for degree of Doctor of Philosophy, development and Use of Biogas Technology in Rural Area of Asia A Status Repoert 1981. Improving Soil Fertility through Organic Recycling, FAO/ UNDP Regional Project RAS/75/004L S YadavaP R HesseYadava, and Hesse, 1981. The development and Use of Biogas Technology in Rural Area of Asia A Status Repoert 1981. Improving Soil Fertility through Organic Recycling, FAO/ UNDP Regional Project RAS/75/004, Project Field Document No. Limbah Industri Pertanian Untuk Energi BiogasW Teguh WikanN Ana DanR ElitaTeguh Wikan W, N. Ana dan R. Elita, Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian Untuk Energi Biogas",2007Principles and Practices for Biogas System. The Worl BankC G GunnersonD C StuckeyGunnerson, and Stuckey, 1986, Anaerobic Digestion "Principles and Practices for Biogas System. The Worl Bank Washington, Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit untuk Produksi BiogasEdwi MahajoenoBibiana LayWidiatiSuryo SutjahjoDan HadiSiswantoMahajoeno, Edwi, Lay, Bibiana Widiati, Sutjahjo, Suryo Hadi, dan Siswanto. 2008. Potensi Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit untuk Produksi Biogas. Jurnal Bioversitas Volume 9 No. production from ethanol anaerobics SBRsMethane production from ethanol anaerobics SBRs, Water Science & Technoloogy-WST, 58-4, 2008, pp. Impact of Palm Oil Industry in IndonesiaK HayashiK., Hayashi, Environmental Impact of Palm Oil Industry in Indonesia, Proceeding of International Symposium on Eco Topia Science 2007, ISETS07 2007Understanding CER price volatility, Carbon Management Consulting GroupCristian RetamalCristian Retamal, Understanding CER price volatility, Carbon Management Consulting Group, Latin Carbon Forum, Panama, June 25 2009 STANDAR LAND APLIKASI LA Land Aplikasi LA limbah cair dari Pabrik Kelapa Sawit merupakan salah satu penyumbang Hara bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Kelapa Sawit. Banyak perkebunan melaporkan produksi di blok-blok yang terdapat aplikasi limbah cair cenderung lebih tinggi dimana terdapat kenaikan yang signifikan dari berat Janjang BJR dan juga ketersediaan Jjg/pkk yang tinggi. Agar dapat memahami dan dapat memfungsikan LA ini dengan baik maka beberapa hal standar terkait Land Aplikasi kami gambarkan sebagai berikut. Dosis Limbah Cair POME yang optimum untuk satu Ha luasan adalah 750 ton /Ha/tahun, dengan Rotasi dalam satu tahun adalah 3 rotasi, sehingga dalam satu rotasinya didapatkan dosis 750 ton 3 R = 250 ton per Ha per rotasi. Ukuran kolam Flatbed standar adalah 3,2 m x 2,4 m x 0,5 m Panjang x Lebar x Dalam dimana kedalaman 0,5 m merupakan kedalaman areal perakaran. Total kapasitas Flatbed = 3,84 m3 1 m3 = 1 ton Jika dibutuhkan 250 ton/Ha per Rotasi, maka kebutuhan Flatbed per Ha adalah = 250/3,84 = 65 66 Flatbed/Ha Volume limbah dari satu ton TBS Olah adalah = 65 % Kapasitas olah per jam = 60 ton per jam Waktu olah rata-rata dalam satu hari = 18 jam per hari kerja Limbah yang dihasilkan adalah = 60 ton/jam x 18 jam x 65% = 702 ton limbah cair/Hari = 702 x 300 = ton limbah cair/Tahun Luas Land Application LA yang dibutuhkan seluas = ton limbah cair/Tahun / 750 ton/Ha/Tahun = 281 Ha Limbah Cair POME yang digunakan untuk Land Application LA mengandung unsur hara antara lain o N Nitrogen = 450 mg/L Beberapa sumber menyebutkan 500 – 900 mg/L o P Phosphate = 80 mg/L Beberapa sumber menyebutkan 90 – 140 mg/L o K Kalium = mg/L Beberapa sumber menyebutkan – mg/L o Ca Calsium = 200 – 400 mg/L o Mg Magnesium = 215 mg/L Beberapa sumber menyebutkan 250 – 350 mg/L Kandungan pupuk Makro dalam POME ini setara dengan aplikasi pupuk NPK sebesar 12,19 kg/pkk dengan syarat BOD Limbah Cair yang digunakan sebesar mg/L BOD yang dibutuhkan untuk LA = – mg/L. Ini menghemat kurang lebih 3,3 Milyar jika fungsi Land Aplikasi menggantikan Pemupukan Reguler Anorganik. Jika Pabrik Kelapa Sawit PKS baru dapat memberikan POME dgn BOD saat ini = 800 mg/L, maka manfaat setara NPK yang diterima pokok pada areal Land Aplikasi Kebun adalah = 800 / x 12,19 kg/pkk = 2,4 kg/pkk Ditambah dengan “Ketersediaan Air untuk Proses Fotosintesis” Dalam Evaluasinya, PKS yang masih menggunakan “single feeding” dalam memberi umpan bakteri, sebaiknya menggunakan “Multi feeding” Untuk aplikasi yang lebih baik, Kawal Aplikasi Land Aplikasi di Kebun Anda dengan Baik Pupuk yang baik adalah Telapak Kaki Planter yang menyusuri pokok demi pokok Pabrik IPAL pabrik kelapa sawit secara konvensional masih menggunakan kolam cooling pond, mixing pond dan anaerobic pond. Hasil dari pengolahan limbah cair ini untuk pupuk cair atau Land application. 24 Jan, 2020 0 IPAL atau Installasi Pengolahan Air Limbah, pada Pabrik Kelapa Sawit. Berlangsung melalui beberapa tahap secara umum yakni, pendinginan, pencampuran, dan penguraian. Pendinginan Pada proses pendinginan, yakni sludge atau limbah murni dari proses pengolahan pabrik yang disini diproduksi dari stasiun klarifikasi. Limbah sludge ini dipompakan ke kolam Cooling Pond. Kolam ini untuk mendinginkan limbah sludge tadi dari suhu awal 85 - 95 derajat celcius sampai dengan menjadi suhu akhirnya 40 - 45 derajat celcius. Tujuan pendinginan ini yakni ketika limbah sludge ini dicampur dengan anaerobik harapannya bakteri-bakteri yang ada didalamnya tidak mati karena kepanasan. Mengapa itulah limbah sludge ini perlu didinginkan sampai dengan suhu akhir 40 - 45 derajat celcius. Biasanya ditahan selama 24 jam lamanya untuk mencapai suhu tersebut. Lantas, hal yang perlu diperhatikan didalam kolam Cooling Pond ini adalah tidak boleh ada kandungan minyak sedikitpun di kolam ini, jika ada segera lakukan pengutipan minyak semaksimal mungkin. Percampuran Jika sudah memenuhi semua parameter didalam kolam Cooling Pond, maka langkah selanjutnya adalah proses pencampuran. Pada proses ini dilakukan di kolam Mixing Pond. Langkah-langkahnya seperti berikut ini Yang pertama, membuat ratio yang tepat dan tidak fluktuatif. Maksudnya adalah proses percampuran yang terjadi di kolam Mixing Pond ini sumbernya berasal dari sludge yang ada di Cooling Pond dan sludge yang sudah terurai oleh bakteri dari kolam Anaerobic Pond. Proses percampuran ini dilakukan secara bersamaan. Jika menggunakan ratio 11 maka, jika dari Cooling Pond sebanyak 100 m3, maka dari Anaerobic juga harus 100 m3. Kemudian jika proses percampuran telah selesai, proses penahanan selama 24 jam seperti pada proses pendingan. Baru kemudian di feeding kan ke kolam Anaerobic sampai habis. Penguraian Pada proses penguraian, bakteri bekerja dengan membutuhkan sedikit oksigen. Karena bakteri Mesofelic ini akan aktif dengan kandungan oksigen yang sedikit. Selama proses penguraian, parameter yang harus dikontrol antara lain adalah PH harus lebih diatas 7 VFA kurang dari 2000 ppm Alkalinity lebih dari 4000 ppm Ratio VFA/Alkalinity kurang dari 0,25 Didalam pengoperasian kolam Anaerobic Pond ini, Operator harus memahami fungsi HRD High Rate Digestion yang berfungsi mempercepat bakteri untuk memakan makanan sehingga perombakan BOD lebih cepat. Unit Kolam Jumlah unit kolam untuk masing-masing pabrik ditentukan dengan Throughput atau kapasitas olah pabrik tersebut. Disini yang akan dicontohkan adalah pabrik dengan kapasitas olah 45 Ton per Hari. Cooling Pond terdiri dari 2 unit kolam Mixing Pond terdiri dari 2 unit kolam Anaerobic Pond terdiri dari 3 unit kolam Pemanfaatan IPAL Satu-satunya industri yang menghasilkan limbah bermanfaat adalah pabrik pengolahan Kelapa Sawit. Tidak ada satupun hasil dari pengolahan kelapa sawit ini yang tidak terpakai atau terbuang percuma. Misalnya adalah Tankos atau Tandan Kosong yakni TBS yang sudah direbus kemudian dirontokan brondolannya, itu disebut Tankos. Tankos ini fungsinya untuk pupuk organik bagi tanaman kelapa sawit. Jadi Tankos dimanfaatkan kembali untuk menjadi pupuk organik di kebun. Dan hasil dari IPAL pabrik kelapa sawit ini digunakan untuk pupuk cair organik, yang menurut penelitian, hasil limbah cair dari pabrik kelapa sawit ini kaya akan urea yang tentunya bisa menyuburkan tanaman kelapa sawit. Proses ini dikenal dengan Land Application. Terimakasih sudah membaca pengetahuan singkat tentang IPAL yang ada di Pabrik Kelapa Sawit. Amri Blog ini adalah buku diary sekaligus tempat untuk berbagi ilmu pengetahuan yang saya ketahui. Meskipun tulisan saya masih belum rapi dan baku tapi akan selalu saya perbaiki waktu demi waktu agar para pembaca kian betah berkunjung. Selamat membaca. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit – Limbah cair yang dihasilkan dari proses pengolahan tandan buah segar TBS kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil CPO dan Palm Kernel Oil KPO langsung dialirkan menuju ketempat pengolahan limbah. Berdasarkan data yang didapat dari PT Perkebunan Mitra Ogan 2015, fungsi dari setiap kolam pengolahan limbah pada pabrik kelapa sawit, yaitu 1. Fat Pit Limbah dari Pabrik Kelapa Sawit PKS dialirkan masuk kedalam fat pit. Kolam fat pit digunakan untuk menampung cairan – cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat dan stasiun klarifikasi. Pada fat pit ini terjadi pemanasan dengan menggunakan steam dengan suhu 60-80 oC. Pemanasan ini berguna untuk memudahkan dalam pemisahan minyak dengan sludge, sebab pada fat pit ini masih memungkinkan untuk dilakukan pengutipan minyak dengan menggunakan skimmer. Limbah cair dari fat pit ini lalu dialirkan ke dalam kolam cooling pond yang berguna untuk mendinginkan limbah yang dipanaskan Wibisono, 2013. 2. Kolam Pendinginan Limbah cair yang telah dikutip minyaknya pada oil trap fatpit mempunyai karakteristik pH 4 – 4,5 dengan suhu 60 – 80 oC sebelum limbah dialirkan ke kolam pengasaman acidifaction pond suhunya diturunkan menjadi 40 – 45 oC agar bakteri mesophilik dapat berkembang dengan baik. Gambar 1. Cooling Pond pada PT Perkebunan Mitra Ogan Gambar 1 merupakan gambar pengambilan bahan baku berupa air limbah kelapa sawit yang terletak di cooling pond. Pada Gambar 1, limbah cair yang telah dikutip minyaknya pada oil trap fatpit mempunyai karakteristik pH 4 – 4,5 dengan suhu 60 – 80 oC sebelum limbah dialirkan ke kolam pengasaman acidifaction pond suhunya diturunkan menjadi 40 – 45 oC agar bakteri mesophilik dapat berkembang dengan baik. pendinginan penting dalam mempersiapkan kondisi kehidupan bakteri mesofilik. Dengan temperatur sekitar 38 0C maka bakteri akan berkembang dengan baik, dengan lama penahan limbah ± 5 hari, bagian minyak yang terapung diatas permukaan dikembalikan ke bagian produksi untuk diolah lanjut, kolam ini biasanya berukuran lebar dan dangkal. 3. Kolam Pengasaman Setelah dari kolam pendingin, limbah mengalir ke kolam pengasaman yang berfungsi sebagai proses pra kondisi bagi limbah sebelum masuk ke kolam anaerobik. Pada kolam ini, limbah akan dirombak menjadi volatile fatty acid VFA. Kolam pengasaman pada pabrik kelapa sawit, dilampirkan pada gambar berikut. Gambar 2. Acidifaction Pond pada PT Perkebunan Mitra Ogan Gambar 2 merupakan kolam pengasaman dimana limbah yang segar mengandung senyawa organik yang mudah dihidrolisa dan menghasilkan senyawa asam. Supaya senyawa asam yag terkandung didalam limbah tidak mengganggu proses pengendalian limbah maka dilakukan pengasaman acidification. Dalam kolam ini pH limbah umumnya berkisar 3 – 4, dan kemudian pH nya naik setelah asam – asam organik terurai kembali oleh proses hidrolisa yang berlanjut. 4. Kolam Resirkulasi Resirkulasi dilakukan dengan mengalirkan cairan dari kolam anaerobik yang terakhir ke saluran masuk kolam pengasaman yang bertujuan untuk menaikkan pH dan membantu pendinginan. 5. Kolam Pembiakan Bakteri Kolam pembiakan bakteri dibuat untuk membiakkan bakteri pada awal pengoperasian pengendalian limbah. Kolam pembiakan bakteri memiliki kondisi yang disesuaikan agar bakteri dapat tumbuh dengan baik. Kondisi yang optimum untuk kolam ini adalah pH suhu 30 – 40 oC untuk bakteri mesophyl, kedalaman kolam 5-6 m dan ukuran kolam diupayakan dapat menampung air limbah 2 hari olah atau setara 400 m3 untuk pabrik kelapa sawit PKS kapasitas 30 tonTBS/jam. 6. Kolam Anaerobik Limbah dari kolam pengasaman akan mengalir ke kolam anaerobik primer. BOD limbah setelah keluar dari kolam anaerobik sekunder maksimal ialah 3000 mg/l dengan pH minimal 6,0. Kolam anaerobik dapat dilihat pada gambar 3 berikut Gambar 3. Anaerob Pond pada PT Perkebunan Mitra Ogan Pada Gambar 3 diatas, pH dari kolam pengasaman masih sangat rendah, maka limbah harus dinetralkan dengan cara mencampurkannya dengan limbah keluaran pipa outlet dari kolam anaerobik. Bersamaan dengan ini, bakteri anaerobik yang aktif akan membentuk asam organik dan CO2. Selanjutnya bakteri metana Methanogenic Bacteria akan merubah asam organik menjadi methane dan CO2. BOD limbah pada kolam anaerobik primer masih cukup tinggi, maka limbah harus diproses lebih lanjut pada kolam anaerobik sekunder, dimana kolam ini dapat dikatakan beroperasi dengan baik apabila nilai parameter utamanya berada pada tetapan sebagai berikut pH 6 - 8 Volatile fatty acidVFA < 300 mg/l Alkalinitas < 2000 mg/l 7. Kolam Fakultatif Kolam ini adalah kolam peralihan dari kolam anaerobik menjadi aerobik atau dapat disebut proses penon-aktifan bakteri anaerob dan pra kondisi dari proses aerobic. Karakteristik limbah pada kolam fakultatif yaitu pH 7,6 – 7,8. Biological Oxygen Demand BOD 600-800ppm, Chemical Oxygen Demand COD1250-1750 ppm. Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada permukaan kolam yang tidak dijumpai scum dan cairan tampak kehijau -hijauan. Proses fakultatif ini dilakukan di dalam kolam sedimentasi yang terlihat pada gambar berikut. Gambar 4. Sedimentation Pond pada PT Perkebunan Mitra Ogan Gambar 4 merupakan kolam peralihan dari kolam anaerobik menjadi aerobik atau dapat disebut proses penon-aktifan bakteri anaerob dan pra kondisi dari proses aerobic. Karakteristik limbah pada kolam fakultatif yaitu pH 7,6 – 7,8. BOD 600-800ppm, COD 1250-1750 ppm. Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada permukaan kolam yang tidak dijumpai scum dan cairan tampak kehijau-hijauan. 8. Kolam Aerasi Kolam aerasi dibuat untuk pemberian oksigen yang dilakukan secara difusi dengan tujuan agar dapat berlangsung reaksi oksidasi dengan baik. Kolam ini dibuat dengan kedalaman 3m dan ditempatkan alat yang dapat meningkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air serta dilengkapi dengan dua uni talat aerator. 9. Kolam Aerobik Proses yang terjadi pada kolam anaerobik adalah proses aerobic. Pada kolam ini, telah tumbuh ganging dan mikroba heterotrof yang berbentuk flocs. Proses ini merupakan langkah penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba dalam kolam. Gambar 5. Anaerob Pond sirk pada PT Perkebunan Mitra Ogan Gambar 5 menunjukkan bahwa kolam Anaerob ini berfungsi untuk menurunkan BOD, dan COD serta minyak dan lemak dari limbah pabrik sawit. Ciri utama kolam anaerobik adalah permukaan kolam tertutup oleh jenis khamir sehingga ketersedian oksigen dan cahaya matahari sangat rendah di dalam kolam yang mengefektifkan kinerja bakteri anerob dalam mengurai limbah 10. Land Application Kolam ini merupakan tempat pembuangan terakhir limbah, dimana Proses yang terjadi pada kolam ini adalah proses penon-aktifan bakteri anaerobic dan prakondisi proses aerobic. Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada permukaan kolam tidak dijumpai scum dan cairan tampak kehijau-hijauan Dari seluruh rangkaian proses tersebut, masa tinggal limbah selama proses berlangsung mulai dari kolam pendinginan hingga air dibuang ke badan penerima membutuhkan masa waktu tinggal selama kurang lebih 120 – 150 hari.

kolam limbah pabrik kelapa sawit